JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mendorong perdagangan yang bernilai tambah dan berkelanjutan dalam rangka peningkatan daya saing ekonomi.
Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengatakan, pembangunan sektor perdagangan perlu dilakukan secara berkelanjutan melalui sinkronisasi proses perencanaan dan upaya penyamaan persepsi serta gerak langkah dari seluruh stakeholders perdagangan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Mari pada saat acara Rapat Kerja (Raker) Kemendag, Kamis (10/3/2011).
Sektor perdagangan, kata Mari, juga diharapkan dapat menjadi penggerak pertumbuhan serta menjadi pendorong dalam meningkatkan daya saing.
"Raker Kemendag merupakan forum yang harus dimanfaatkan untuk membahas rencana target sektor perdagangan selama tahun 2011, serta merumuskan dukungan yang bisa diberikan daerah dalam rangka menggerakkan pertumbuhan serta mendorong terjadinya peningkatan daya saing," kata Mari, di Jakarta.
Lebih lanjut Mari menuturkan, dukungan yang bisa diberikan Atase Perdagangan (Atdag) dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) kepada dunia usaha dapat berupa analisis dalam bentuk market intelligence, market informations, serta fasilitasi pameran, mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga setelah pameran selesai.
Sedangkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), ujar Mari, sangat dibutuhkan kontribusinya dalam memberikan data harga dan jumlah produksi bahan pokok di daerah dalam rangka mendukung program Early Warning System (EWS) untuk bisa mengantisipasi lonjakan harga kebutuhan pokok.
Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar mengatakan, daya saing mencerminkan produk yang bernilai tambah tinggi.
"Karena tidak cukup lagi berapa persen ekspor naik tapi yang penting adalah pergeseran sektor perekonomian yang primer menuju sekunder dan tersier dalam output dan kinerja ekspor. Di ekspor itu adalah peningkatan nilai tambah,"ujar Mahendra.
Menurut Mahendra, pemerintah telah menerapkan beberapa kebijakan untuk meningkatkan ekspor produk yang bernilai tambah tinggi, seperti bea keluar (BK) untuk biji kakao dan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
BK, kata dia, diharapkan dapat menstabilkan ekspor komoditas primer serta mendorong pertumbuhan industri hilir.
"Tapi sekarang, semua negara menginginkan hal yang sama, yakni berusaha mengurangi ekspor barang mentah dan mendorong ekspor produk bernilai tambah dengan kebijakan tarif, sehingga harus ada upaya terobosan lain untuk memasarkan produk olahan kita ke negara lain," imbuh Mahendra.
Lebih lanjut Mari menuturkan, beberapa kegiatan penting yang difokuskan Kemendag pada tahun ini, antara lain adalah pusat distribusi regional, 10 pasar percontohan, dan 109 unit pasar di berbagai daerah yang merupakan komitmen Kemendag dalam menudukung kelancaran distribusi, fasilitasi perdagangan melalui optimalisasi sistem Inatrade sebagai bagian dari peningkatan pelayanan publik, meningkatkan upaya diversifikasi pasar ekspor dengan memaksimalkan peran misi dagang ke negara-negara pasar ekspor non tradisional, seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Selain itu, Mari menambahkan, Kemendag juga fokus pada sustainable trade policy yang diarahkan pada perdagangan yang adil dan ramah lingkungan serta peningkatan standar mutu produk Indonesia sebagai bagian dari upaya peningkatan daya saing.
"Kita harus berusaha meningkatkan nilai tambah. Diluar yang berbasis sumber daya alam (SDA), semua tumbuhnya tinggi, seperti tekstil dan alas kaki tumbuhnya hampir 40 persen tahun lalu, lalu automotif dan alat medis. Dan jasa-jasa," papar Mari.
Mari mengimbau agar pasar perdagangan harus dijaga agar terhindar dari persaingan usaha yang tidak sehat.
"Kita menjaga pasar perdagangan yang adil, sehat dan efisien. Maupun dari segi fisik dan iklim usaha agar mencegah persaingan yang tidak sehat dan tidak legal. Antara lain kalau impor yang tidak legal atau barang-barang konsumsi yang perlu standar dan perlu labelling," tandas Mari.